CERITA SEX INI BERBEDA DENGAN CERITA SEX SEBELUMNYA MENCERITAKAN TENTANG
'COWOK PEMUAS NAFSU' Cerita Dewasa kali ini akan menceritakan kisah seks seorang pemuda yang
menjadi pemuas nafsu seks Ibu muda Jakarta yang kesepian dan butuh
kehangatan laki-laki. Ini merupakan kisah nyata pengalaman seks yang
ditulis seseorang lalu dikirim ke situs ini, seperti apa cerita dewasa
ini silakan simak sendiri…
Segala cerita kencan seks yang ku
baca di internet, semula kukira hanyalah bohong-bohongan belaka. Namun,
setelah memanfaatkan milis internet, aku baru bisa percaya. Sebab, aku
memang bisa dapet teman kencan untuk making-love. Setelah menyimak
daftar nomor HP wanita-wanita’yang butuh teman kencan melalui SMSdate
aku segera menyebar SMS perkenalan. Hasilnya, SMSku dapat jawaban dari
seorang wanita 33 tahun asal Jakarta (sebut saja namanya Gadis).
Awalnya, dia merasa terkejut dan mengaku tak pernah mencari teman kencan
pria lewat SMS. Namun setelah berdialog beberapa saat, akhirnya dia
mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kesepian. Bahkan, dia
malah memintaku datang ke Jakarta dan segala biaya akan dijamin.
Tanpa
pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan jasa kereta
cepat Argolawu jurusan KotaX-Jakarta, aku bisa melesat ke Stasiun Gambir
Jakarta. Seperti yang dia pesan, aku diminta menunggu di peron Stasiun.
Cukup lama, aku menunggu sendiri di peron, hampir satu jam hanya duduk
memandang orang-orang berlalu-lalang. Semula aku hampir putu asa dan
curiga, jangan-jangan aku hanya dikerjai. Ketika matahari sudah lenyap
dan langit Jakarta sudah gelap, ketika aku memutuskan untuk pergi dari
Stasiun Gambir (karena merasa dikerjai), tiba-tiba ada seorang wanita
tua yang menghampiriku.
Wanita yang mirip nenek-nenk itu
menyampaikan pesan bahwa aku telah ditunggu wanita bernama Gadis di
sebuah taksi yang berhenti di halaman parkir. Karuan saja, perasaan
dadaku jadi plong. Seketika itu aku lari mencari taksi tersebut. Begitu
aku membuka pintu taksi, Oh.. dadaku berdetak. Wanita kencan SMSku itu
ternyata tidak setua usianya. Tubuhnya terlalu tinggi bagiku, sekitar
170cm, sedang aku hanya 165cm. Kulitnya putih layaknya etnis Tionghoa.
“Ayo, masuk..,” pinta wanita berambut sebahu itu sembari memberi ruang duduk di sampingnya.
Wajahnya tampak gembira sekali ketika menatap wajahku.
“Ke Hotel XX, ya Bang,” ujar Gadis kepada sang pengemudi taksi.
Di
dalam taksi, duduk berhimpitan bersama Gadis, aku seperti dibawa
terbang ke awang-awang. Betapa tidak, tubuhnya super montok. BRA-nya
kira-kira berukuran 36. Dan pinggulnya, wah membuatku benar-benar gemas.
Sementara tatapan matanya, seolah ada rasa dahaga yang tertahan
bertahun-tahun. Hmm.. rasanya itu membuatku tak sabar untuk melumatnya.
Karena itu, begitu tiba di hotel aku bergegas chek-in dan membogkar
rahasia perasaanku di kamar nomor 102.
Di kamar hotel 102, di
antara lampu remang-remang, Gadis hanya termangu memandangiku. Matanya
meneliti leku-lekuk tubuhku yang maih basah habis mandi.
“Sini sayang, aku pijiti. Pasti, kau capek sekali, kan,” ujar Gadis kemudian.
Tanpa
banyak kata, akau hanya menurut saja. Maklum tubuhku capek sekali
setelah menempuh perjalanan KotaX-Jakarta. Kalau dipijiti, oh.. rasa
pegal di tubuhku akan hilang. Karena itu, aku segera tidur tengkurang di
ranjang dengan setengah telanjang di dekat Gadis.
“Bagian mana dulu yang dipijit sayangku,” suara Gadis yang mendesah membuat darahku mendesir-desir.
“Terserah kaulah,” jawabku singkat.
Tak
lama kemudian, jemari lentiknya sudah menelusuri lekuk-lekuk tubuhku.
Kadang-kadang tangan Gadis nakal menggoda bagian sensitifku. Urutannya
lembut, seperti menyulam setiap pori-pori kulitku. Beberapa saat
kemudian, aku ganti menawarkan diri untuk memijit tubuh gadis yang super
montok. Seperti yang dia lakukan padaku tadi, aku mulai mengurut-urut
bagian lehernya, kemudian turun ke punggung, pinnggang dan paha. Setelah
itu tubuhnya ku balik sehingga tidak tengkurap lagi. Kali ini aku
mengurut bagian payudaranya dengan lembut. Selanjutnya aku mulai beraksi
erotik. Awalnya saya membelai rambut Gadis dan mencium bibir-nya. Dia
membalasnya dengan hangat, penuh kasih sayang.
Kurebahkan dia
dengan perlahan, kutatap matanya erat-erat, kusingkirkan bajunya yang
menutupi buah dadanya, yang sungguh merangsang diriku. Perlahan tapi
pasti kulumat puting susu-nya dan dengan tangan kiriku kumainkan puting
yang satunya lagi. Gadis melenguh keenakan, sungguh suara yang merdu dan
hal ini membuatku grenng lagi. Selang beberapa menit kemudian kuangkat
kepalaku sambil tetap kumainkan tangan kiriku, kemudian kulihat pussy
Gadis yang basah. Kulumat clitorisnya dan semua ruang vaginanya hingga
Gadis menggelinjang berat. Ketika penisku menegang gagah perkasa,
kurenggangkan kedua pahanya dan kumasukkan jariku ke lubang pussynya,
kuputar-putar dan kusodok-sodokkan, Gadis pun semakin mengerang keras,
sampai kusadari kalau waktu kusodokkan di bagian kanan atas, eluhannya
semakin keras dan cairannya makin banyak, penasaran kupusatkan jariku di
situ dan kugosok-gosok bagian tersebut ternyata Gadis pun berteriak
makin keras.
Cairannya keluar banyak sekali, aku pun mulai
grenng tidak sabar, kuangkat kontolku dan kusodokkan ke lubang pussynya
dengan cepat, kali ini aku sodokkan terus menerus tapi rupanya kontolku
masih membutuhkan waktu untuk reload sehingga spermaku tidak lekas
keluar.
Gadis masih mengerang dengan kerasnya, dan kusodokkan
penisku ke bagian kanan atas, dan yah dia pun makin melenguh keras, dan
kurasakan cairannya menyembur-nyembur dengan derasnya, aku makin grenng
dan kulihat wajahnya yang khas, wajah yang penuh kepuasan dan erangan
penuh kenikmatan yang merdu, yang membuat kontol laki-laki manapun tidak
tahan, dan akupun keluar lagi dengan deras di pussy Gadis.
Ketika
aku terbangun dari tidur, sekitar tengah malam, Gadis telah menyediakan
kopi panas dan duduk di sebelah ranjang. Tapi hasratku masih
menggelora. Tidak bisa tidak aku harus beraksi lagi. Maklum, aku hanya
bisa berada di Jakarta hanya sehari. Sayang kalau hanya sekali main di
panggung ranjang panas. Karena itu, setelah mencicipi kopi aku segera
membuka kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas mengusap buah
dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai
kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami
terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh
Gadis menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster Gadis
kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya.
Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi
menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan. Bibirku mengecup puting buah
dadanya secara perlahan.
Kuhisap puting yang mengeras itu
hingga memerah. Gadis semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur
lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di
celah buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah.
“Ssshh.., sshh!”.
Puting
payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit
perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini
bermain di pusar Gadis, sambil tanganku mulai mengusap- usap pahanya.
Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Gadis semakin kuat menarik
rambutku. Suaranya melenguh-lenguh. Nafasnya terengah-engah ketika
celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh lagi daerah
kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan.
Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Dia menarikku berdiri.
Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya
ditujukan ke tempat tidurnya.
Aku segera mengerti maksudnya.
Dia minta ingin segera digenjot di atas ranjang. Dengan sebuah tarikan,
tubuh Gadis kubaringkan terlentang, tapi kakinya masih menyentuh lantai.
Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap
kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh. Puting
susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan
pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut
wanita yang telah melahirkan. Kemudian, tanganku terus membuka kancing
bajuku satu-persatu. Ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang
bulat di hadapan Gadis. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok
tubuh Gadis.
Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil
dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang
di celah pahanya. Gadis telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya
saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap
tubuhnya. Sungguh lembut tubuhnya. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat
mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang
puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan
kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh
pinggangnya. Kudekatkan penisku ke tangannya. Digenggamnya penisku
erat-erat lalu diusap-usapnya.
Memang Gadis tahu apa yang
harus dilakukan. Dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya
ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah Gadis melumat
kepala penisku dengan lembut. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya.
Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Gadis terasa
menarik-narik batang penisku.
Tidak tahan diperlakukan begitu
aku lalu mengerang menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar paha Gadis sambil
mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu.
Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Gadis mendesah.
Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan
Gadis semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin
terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang
vaginanya. Tentu Gadis sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada
posisi semula. Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk
rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Gadis memperbaiki
posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua
Kaki Gadis mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya.
Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar.
Punggung Gadis terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya..
Akhirnya
jilatanku sampai ke celah pahanya. Gadis semakin membuka pahanya ketika
aku menjilat clitorisnya, kulihat Gadis sudah tidak bergerak lagi.
Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk
merasakan kenikmatan yang telah dirasakan. Erangan Gadis semakin kuat
dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan
mata terpejam menahan kenikmatan.
“Gimana rasanya?” tanyaku lembut dengan nada manja.
Dia
tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas
panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku
mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka
lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya.
Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan-
lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah.
Terasa sempit. Kulihat Gadis menggelinjang seperti kesakitan.
“Pelan-pelan, Yang!”, ujarnya berharap, suaranya terdengar sesak.
Aku
sekarang mengerti. Memang aku belum berpengalaman. Kutekan lagi.
Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat
hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Gadis memegang lenganku erat-erat.
Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian
penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Gadis
juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuhnya dengan gemas
sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit
lembut.
Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.
“Mau diteruskan..?” tanyaku kemudian.
Gadis
membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan.
Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan.
Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Gadis, mencengkram
seluruh batang penisku. Penisku terasa seperti tersedot di dalam
vaginaya. Kami mulai terangsang! Penisku mulai memasuki kemaluan Gadis
lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata Gadis terbuka
menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai
kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar
menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi sedikit penisku masuk
sampai ke pangkalnya.
Gadis mendesah dan mengerang seiring
dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung
Gadis terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di
kemaluannya. Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan
nafas kami yang tidak teratur lagi. Suatu ketika aku merasakan badan
Gadis mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk
erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan
berat keluar dari mulutnya secara pelan.
Denyutan di
kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di
dalamnya. Goyanganku semakin kuat. Lehernya kurengkuh erat sambil
badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan
ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar. Denyutan yang
semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Gadis
mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin
kencang. Kemaluan Gadis semakin keras menjepit penisku. Kurangkul
tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Gadis lunglai
seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Gadis seperti
terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya
semakin kencang.
Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya
aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Gadis.
Bergetar badanku saat maniku muncrat. Gadis mengait pahaku dengan
kakinya. Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan
giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat.
Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam
masuk ke dalam. Kulihat Gadis menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan
kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya.
Untuk
beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa sodokan tadi
memang membuat kami sampai ke puncak bersama- sama. Memang hebat.
Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama
dengan orang lain selain istriku. Walaupun dia seorang janda yang sudah
berumur, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami
melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Gadis memang hebat
dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan
kenikmatan persetubuhan dengan orang lain selain istriku, bagiku Gadis
betul-betul memberiku surga dunia. Aku terbaring lemas di sisi Gadis.
Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam
hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Gadis. Kulihat
Gadis tertidur di sebelahku. Dia mengaku puas sekali.
“Kamu memang hebat, penismu luar biasa..!”, katanya dengan nada meronta.
Anehnya, ketika aku merasa capek, Gadis malah mengocokkan batang penisku. Suaranya mengiba-iba membangkitkan gairahku.
“Kau suka?”, tanyaku.
Dia
tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang
buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku. Penisku tegang lagi.
Kami jadi terangsang lagi.
“Kau mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja.
Dia
tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan.
Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Gadis sudah mengejang.
Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah. Segunduk daging
mulai terlihat. Uff.., detak jantungku kembali berdegup kencang.
Kunikmati kembali tubuh Gadis tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil
yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya,
tampak berkilat di depanku. Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat
sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Gadis.
Kedua
belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua
rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat
kenikmatan yang telah menanti. Kudekatkan kepalaku untuk meneliti
pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan birahi. Tak
mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera
kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Gadis dengan bibir dan
lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Gadis.
Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang
dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil
yang menonjol di mulut vaginanya, Gadis mendesis dan mendesah keenakan.
Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan. Beberapa kali kulihat
dia mengejangkan kakinya. Aku tak peduli bau khas dari liang kemaluan
Gadis memenuhi relung hidungku. Malah membuat lidahku bergerak semakin
menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Gadis yang kini sedikit
terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa.
Mungkin
karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakkan lidahku itu membuat
Gadis beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah
terangsang, kutarik tubuh Gadis ke posisi menungging. Ia menuruti
permintaanku dan bertanya dengan nada manja.
“Aku kau apakan, sayang?”, bisiknya.
Aku
diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air
mani Gadis sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya.
Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat
kemaluan wanita serapat itu.
Bau anyir dan bau air maniku bercampur
dengan bau asli vagina Gadis yang merangsang. Bau vagina seorang wanita!
Jelas semua! Bulu kemaluan Gadis yang lembab dan melekat berserakan di
sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang.
Kumasukkan
jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya. Kumain-mainkan di dalamnya.
Kulihat Gadis menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal
punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya.
Kumasukkan penisku ke liang vaginanya. Pinggang Gadis seperti terhentak.
Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang
vaginanya dengan posisi “doggy-style”. Tusukanku semakin kencang. Nafsu
syahwatku kembali sangat terangsang. Kali ini berkali-kali aku mendorong
dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang
Gadis. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas.
Rambutnya acak-acakan. Lama juga Gadis menahan lampiasan nafsuku kali
ini. Hampir setengah jam.
Tusukanku memang hebat. Kadang
cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Gadis. Dia melenguh. Dengusan
dari hidungnya memanjang. Berkali-kali. Seperti orang terengah-engah
kecapaian.
“Ehh.. ek, Ekh, Ekh.”
Akirnya aku
merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu
Gadis sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke
pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku. Kutarik lagi, dan
kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu. Gadis
terlihat pasrah mengikuti hentakanku. Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun
penisku masih tertancap di dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya.
Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku
kembali normal. Gadis sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi
kami. Kami telentang miring sambil berpelukan. Gadis terlihat lemas lalu
tertidur. Melihat Gadis begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku
bangkit kembali. Kurangkul tubuh Gadis dan aku bermain sekali lagi. Tak
terasa, kami berdua seperti bermandikan air mani. Setelah itu, kami
terkapar berdua.
Ketika aku bangun hari sudah siang. Sekitar
jam 12.00 aku buru-buru chek-out dan pulang ke Kota X. Ternyata Gadis
masih mau kencan lagi denganku. Tapi entah kapan waktunya, dia belum
memastikan dan akupun belum memikirkannya.
“Kau memang lelaki
KotaX tulen. Tenang-tenang menghanyutkan. Lemah lembut, tapi luar biasa
dahsyat,” bisik Gadis ketika mengantarku ke Stasiun Gambir.